Kandidiasis
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karuniaNya kita berada dalam keadaan
sehat dan mendapat kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat menambah wawasan pembaca tentang penyakit kandidiasis, agar nantinya
dapat memanfaatkan wawasan yang telah dimiliki dan dapat terhindar dari
penyakit kandidiasis.
Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Kami akan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang
hati masukan-masukan dan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua, khususnya para pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Bandung, Mei 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................... 3
1.2 Rumusan
Masalah
............................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.............................................................................................. 5
2.2 Klasifikasi.......................................................................................... 7
2.3 Penyebab........................................................................................... 8
2.4 Cara
Penularan.................................................................................. 10
2.5 Mekanisme
Terjadinya Kandidiasis................................................... 15
2.6 Diagnosis........................................................................................... 16
2.7 Pengobatan........................................................................................ 17
2.8 Pencegahan...................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ ..... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kandidiasis (moniliasis) adalah
suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis
oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling
sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai
pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan
peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi
dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis
oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican
merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama
sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya
lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis
jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans,
C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan
jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan
penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada
rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang
yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Penyakit
ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush,
sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835)
menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan
dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan
bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya
yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans.
Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti
mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan
vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Apa Defenisi
dari Candidiasis ?
2) Bagaimana
Klasifikasi Candidiasis
3) Bagaimana
Diagnosis Candidiasis?
4) Bagaimana
Pengobatan Candidiasis?
5) Bagaimana
Pencegahan Candidiasis?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui
Defenisi dari Candidiasis
2) Mengetahui
Klasifikasi dari Candidiasis
3) Mengetahui
Diagnosis Candidiasis
4) Mengetahui
Cara Pengobatan Candidiasis
5) Mengetahui
Cara Pencegahan Candidiasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit
dan mukosa yang disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies
yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora normal. Telah
dilaporkan spesies kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh populasi
mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k.
tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari kelima spesies
kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum menyebabakan infefksi
di rongga mulut. Struktur k. albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma
nukleus, membrane golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari
beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, glukan chitin. K.
albikans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon misalnya glukosa
dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat, kadang – kadang
memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang
berbentuk oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohyfa (sel ragi yang
memanjang) dan suatu masa filamen hyfa disebut mycelium. Spesies ini tumbuh
pada temperatur 20 – 40 derajat Celsius.
Kandidiasis adalah infeksi atau
penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini
biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya
penghalang (Stedman, 2005). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi
patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai
penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu
penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002).
2.2 Klasifikasi
1. Kandidosis Selaput Lendir
a. Candidiasis Vaginalis
Candidiasis
Vaginalis adalah infeksi jamur candida albcans pada alat genetalia wanita
(vagina). Candidiasis Vaginalis merupakan penyakit yang bersifat kompleks,
artinya penyebab dan yang mendorong terjadinya penyakit ini tidak satu faktor
tetapi lebih dari satu factor. Kandidiasis vagina merupakan infeksi pada vagina
yang melibatkan pertumbuhan berlebih dari ragi, atau jamur, yang dikenal
sebagai Candida. Ragi ini biasanya hadir dalam usus, mulut dan vagina, sebagai
sejumlah organisme lain . Jika keseimbangan mikroorganisme terganggu, seperti
yang dapat terjadi dengan mengambil spektrum luas antibiotik , fluktuasi
hormon, dan kondisi lainnya, pertumbuhan berlebih dari ragi dapat terjadi.
Vaginal candidiasis. Kandidiasis vagina, sering disebut sebagai "infeksi jamur," adalah masalah
yang umum, mempengaruhi hampir 75% dari wanita dewasa dalam hidup mereka. Gatal
dan keluarnya, tebal putih adalah gejala yang paling umum dari kandidiasis
vagina. Hal ini juga dapat membuat
hubungan seksual dan nyeri buang air kecil.
Jaringan eksternal sekitar vagina, vulva, bisa menjadi merah dan
bengkak. Kandidiasis vagina dapat
diobati dengan berbagai agen antijamur, beberapa di antaranya tersedia over-the-counter. Meskipun satunya cara untuk tegas
mendiagnosis kandidiasis vagina adalah untuk melihat ragi di bawah mikroskop,
banyak wanita memperlakukan diri mereka sendiri berdasarkan gejala mereka.
Studi menunjukkan bahwa, dari semua pembelian over-the-counter perawatan ragi,
sebanyak dua pertiga digunakan oleh wanita yang tidak memiliki kandidiasis
vagina . Perawatan yang tepat biasanya menghasilkan resolusi gejala. Jika gejala tetap atau berulang, mungkin menandakan
bahwa kondisi lain hadir atau bahwa ragi telah menjadi resisten terhadap
pengobatan yang digunakan.
b. Candidiasis oral/mulut


Candidiasis
Oral adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut.
Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kadang oleh Candida
glabrata dan Candida tropicalis. sariwan pada mulut bayi disebut candidiasis,
sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan
candidosis atau moniliasis. Gejalan infeksi mulut ini spesies Candida biasanya memunculkan kumpulan
lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mucosal (dinding mulut
dalam). Pada mucosa mulut yang
terinfeksi mungkin muncul radang (berwarna merah). Orang dewasa mungkin
mengalami rasa tidak nyaman atau rasa terbakar.
Kelompok yang beresiko terkena
penyakit ini, yaitu :
1) Bayi yang
baru lahir.
2)
Penderita Diabet, khususnya bagi
yang tidak mengontrol diabetnya.
3)
Sebagai efek samping dari
obat-obatan, yang paling sering obat antibiotik. Corticosteroids (sejenis
hormon steroid) hisap/hirup untuk perawatan kondisi paru-paru (misalnya Asma)
bisa juga berdampak pada candidiasis mulut.
4)
Orang-orang dengan immunodefisiensi
(misalnya penderita HIV/AIDS atau pengobatan kemoterapi).
5)
Perempuan yang sedang mengalami
perubahan hormonal, seperti kehamilan atau mereka yang menggunakan pil
pengontrol kelahiran.
6)
Orang sehat yang dengan sadar/tidak
sadar telah mendatangkan kontak secara rutin dengan ragi, misal pengguna gigi
palsu dan perokok.
c. Perleche
Lesi berupa
fisur pada sudut mulut; lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan
dasarnya eritematosa. Faktor predisposisinya ialah defisiensiriboflavin.
d. Vulvovaginitis
Biasanya sering trdapat pada px DM karena kadar gula
darah dan urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen
dalam epitelvagina. Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat
terdapat pularasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispareunia. Pada pemeriksaan
yang ringan tampak hiperemia di labia minora, introitus vagina, dan vagina
terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan yang khas ialah
bercak-bercak putih kekuningan. Pada kelainan yang berat juga terdapat edema
pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar
introitus vaginal. Fluor albus berwarna kekuningan . Tanda yang khas ialah
disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan.
Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terkelupas dari dinding vulva atau
vagina terdiri atas bahan nekrotik,sel-sel epitel dan jamur.
2. Kandidosis Kutisa
a. Kandidiasis intertriginosa
: Cutaneus kandidiasis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
jamur dari genus Candida. Kandidiasis terbagi menjadi 2 macam yakni
kandidiasis profunda dan kandidiasis superfisial. Nama lain dari kutaneus
kandidiasis adalah superficial kandidiasis atau infeksi kulit-jamur; infeksi
kulit-ragi; intertriginous candidiasis. Berdasarkan letak gambaran
klinisnya terbagi menjadi kandidiasis terlokalisasi dan generalisata. Gejalanya
yaitu adanya lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,intergluteal,
lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus,
berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi
tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil atau bula
yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar
dan berkembang seperti lesi primer.

b. Kandidiasis
perianal : Yaitu lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit
ini menimbulkan pruritus ani.

c.
Kandidiasis kutis generalisata :
Lesi terdapat pada glabrous skin (kulit tidak berambut), biasanya
juga di lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Seringdisertai glositis,
stomatitis dan paronikia.
d.
Balanitis adalah radang pada kepala
penis (bentuk kerucut pada ujung penis). Posthitis adalah radang pada kulup.
Secara umum, jamur atau infeksi bakteri di bawah kulup menyebabkan posthitis.
Radang pada kepala penis dan kulup (balanoposthitis) bisa juga terjadi.
Peradangan tersebut menyebabkan nyeri, rasa gatal, kemerahan, bengkak dan bisa
akhirnya menyebabkan penyempitan (stricture) pada urethra. Pria yang mengalami
balanoposthitis mengalami peningkatan resiko berkembangnya balanitis xerotica
obliterans, phimosis, paraphimosis, dan kanker di kemudian hari. Gejalanya
yaitu penderita merasa nyeri dan gatal, warna kepala penis kemerahan dan
bengkak.
e.
Balanopostitis adalah peradangan
menyeluruh pada kepala penis (glans penis) dan kulitnya. Penis menjadi nyeri,
gatal-gatal, kemerahan dan membengkak, serta bisa menyebabkan terjadinya
penyempitan uretra. Penderita balanopostitis di kemudian hari bisa menderita
balanitis xerotika oblitterans, fimosis, parafimosis dan kanker. Lelaki yang
berhubungan intim dengan perempuan yang mengidap jamur berpotensi terkena
penyakit ini. Peradangan biasanya terjadi akibat infeksi jamur atau bakteri di
bawah kulit pada penis yang tidak disunat.
f.
Kandidiasis Mukokutan Kronik :
Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem
hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi
yang bersifat genetik, umumnya terlihat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip penderita dengan defek
poliendokrin
g.
Paronikia dan
Onikomikosis : Diderita oleh orang-orang yang pekerjaanya berhubungan
dengan air, bentuk ini tersering didapat. Lesi berupa
kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras
dan berlekuk lekuk,kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh tetap berkilat dan
tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku
seperti pada tinea unguium.
h.
Diaper rash : Sering terdapat pada
bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat menimbulkan
dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatitis
oral dan perianal.
i.
Kandidiasis granulomatosa : Sering
menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna
kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta dapat menimbul seperti
tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya seringterdapat di muka, kepala, badan,
tungkai, dan farings.
3. Kandidosis Sistemik
a. Endokarditis
: Sering pada px morfinis sebagai akibat komplikasi penyuntikan yang dilakukan
sendiri, juga dapat diderita oleh px sesudah operasi jantung.

b.
Meningitis : Karena penyebaran
hematogen jamur, gejalanya sama dengan meningitis TB, atau karena bakteri lain.

c.
Pielonefritisd : pielonefritis
adalah sangat umum, dengan kasus 12-13 per tahun per 10.000 penduduk pada
wanita dan kasus 3-4 per 10.000 pada pria. Wanita muda yang paling mungkin akan
terpengaruh, secara tradisional mencerminkan aktivitas seksual dalam kelompok
umur. Bayi dan orang tua juga pada
peningkatan risiko, yang mencerminkan kelainan anatomi dan status hormonal.
d. Septikemi :
adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah
(bakteremia). Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning atau
Bakteremia dengan sepsis. Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu
bakterimia yang bergejala. Septikemia
merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, dan cepat memburuk.
Sumber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran kencing, tulang radang otak
dll. Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas cepat dan denyut
jantung cepat. Penderita kelihatan sangat sakit. Gejala berkembang menjadi
syok, dengan penurunan suhu (hypothermia), penurunan tekanan darah, perubahan
mental (bengong), dan gangguan bekuan darah sehingga timbul bercak perdarahan
di kulit (petechiae dan ecchymosis). Bisa ditemukan penurunan jumlah urin.
Kematian biasanya disebabkan septik syok atau ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome)
4.
Reaksi id (kandidid)
Karena adanya metabolit kandida,
klinisnya berupa vesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari
tangan atau bagian badan yang lain mirip dermatofitid. Di tempat tersebut
tidak ada elemen jamur. Bila lesi kandidiasis diobati, kandidid akan menyembuh.
Jika dilakukan uji kulit dengan kandidin (Ag kandida) memberi hasil positif.
2.3 Penyebab
Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida
albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C.
parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur.
Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia,
walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C.
albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya
70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari
candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang
sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang
mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada
orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien
yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya
belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang
banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur
Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan
kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi
yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan
menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat.
·
FAKTOR RESIKO
Pada
orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun
dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh
secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Patogenitas
jamur
Beberapa
faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim
ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel
epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan
patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel host. Produksi enzim
hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan
dengan patogenitas Kandida albikan.3
b. Faktor Host
Faktor
host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat
menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis
oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam
saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya
kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi
kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva.
Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya
kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh
rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah,
lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat.
Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan
keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi
imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi,
dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu
lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.3
·
Faktor-faktor
yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1.
HIV/AIDS
Virus human
immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat menimbulkan
kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat
tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan
menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari
infeksi HIV.
2.
Kanker
Jika
seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh
karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit, seperti
kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat
meningkatkan risiko infeksi Candida seperti oral thrush
3.
Diabetes Mellitus
Jika
seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah
besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan candida.
4.
Infeksi jamur vagina
Infeksi
jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis
mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka
jamur dapat menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga
dapat mengalami oral thrush.
5.
Pemakaian kortikosteroid atau terapi
imunosupresan pasca pencangkokan organ.
Kedua hal
ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid
(sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru
(misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.
6.
Pemakaian antibiotik
Kadang orang
yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik
membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga
pertumbuhan Candida tidak terkendali.
7.
Leukimia
8. Gangguan
saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan
malnutrisi.
2.4 Cara Penularan
Setiap wanita memiliki satu pasangan
yang aktual atau potensial. Banyak pria mengembangkan infeksi candida pada
genitalia, yang biasanya tampak sebagai balanitis atau balanoposthitis. Sumber
infeksi ini secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa
inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama dengan wanita.
Misalnya, diabetes melitus meningkatkan kerentanan pria terhadap infeksi jamur
sama dengan wanita. Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan
sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain C. Albicans adalah
dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan
wanita yang menderita candidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi
dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah
hubungan seksual. Pertimbangan tentang natural history candidosis vagina
menyatakan bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan
tidak mungkin terjadi proses sebaliknya. Namun demikian, perawatan bagi pria
yang pasangannya menderita candidosis vagina tidak begitu penting. Infeksi
jamur pada organ genitalia maternal merupakan salah satu sumber infeksi bagi
neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat beberapa
jalur infeksi lain, namun tidak semuanya dapat dipahami .
Berbagai kondisi yang menurunkan
keasaman vagina dan dapat meningkatkan resiko terkena infeksi jamur vagina
sebagai berikut:
• stress
• kurang
tidur
• sakit
• diet yang
buruk atau terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula
• kehamilan
• menstruasi
•
menggunakan pil KB
•
menggunakan antibiotic
•
menggunakan obat-obatan steroid
• penyakit
seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV
Infeksi dapat pula terjadi melalui hubungan seksual,
namun angka kejadiannya sangat jarang, umumnya terjadi pada pria. Pada wanita,
infeksi lebih sering terjadi karena melemahnya sistem imun.
Lingkungan Fisik Memungkinkan dan Memudahkan Orang
Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Faktor
utama penyebab candidosis.
vagina adalah masalah kebersihan. Infeksi jamur dapat
disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping
itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara teratur juga dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian dalam ketat atau berbahan
nilon dapat menyebabkan vagina menjadi lembap sehingga menyediakan lingkungan
yang ideal bagi pertumbuhan jamur.
Lingkungan Sosio-Kultural yang Memungkinkan dan
Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Candidosis
vagina sangat tidak umum terjadi sebelum menstruasi dan setelah menopause
karena tidak diproduksinya estrogen lagi. Ini mungkin karena candida tidak
dapat berkembang biak dengan baik pada lingkungan ini. Bahkan dalam kejadian
tanpa gejala, pada wanita usia produktif tanpa infeksi jamur yang baru, ada
25-30% kejadian dari kolonisasi jamur vagina oleh polimerase chain reaction (PCR)
dan tidak berbeda dari wanita yang mengalami infeksi jamur berulang. Kebudayaan
lebih sering berpengaruh pada wanita dengan riwayat infeksi jamur berulang
dibandingkan dengan pada wanita tanpa gejala (22% vs 6%) yang akan
mengindikasikan bahwa secara kuantitatif, makin banyaknya organisme jamur
menyebabkan seorang wanita cenderung untuk mengalami infeksi berulang. Ada
suatu angka kejadian lebih tinggi dari candidosis vagina pada pemakai pakaian
dalam yang ketat.
Ketahanan Mental-Biologik (Kebugaran Jasmani,
Ketahanan Mental, Status Genetika, Status Gizi Dan Kekebalan Biologic) yang
Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan
Penyebab Penyakit. Penyebab candidosis vagina ada setidaknya dua
komponen, yaitu kedatangan fungi pada vagina dan perubahan kondisi biokimia dan
imun vagina yang memungkinkan fungi tumbuh pesat dan menimbulkan gejala.
Sekitar 25-30% wanita usia reproduktif memiliki jamur pada vaginanya. Fungi
yang paling umum adalah Candida albicans, tetapi spesies lain juga menimbulkan
gejala seperti C. glabrata, C. tropicalis, C. guilliermondii, C. parapsilosis,
dan lain-lain. Kondisi kedua yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur vagina
adalah perubahan biokimia vagian. Dalam keadaan normal tanpa infeksi,
lactobacillus vaginal melekat pada dinding epitel vagina dan mencegah
uropatogen lain menempel. Segala sesuatu yang mengganggu pertumbuhan normal
lactobacillus vaginal, seperti antibiotik, meningkatkan resiko infeksi vagina
dan bila jamur yang menjadi patogen ada, jamur itu akan melekat di epitel dan
menimbulkan gejala.
Diabetes dan kondisi lain yang menekan sistem imun
meningkatkan diabetes. Kontrasepsi oral hanya mencegah kehamilan, bukan
pemaparan terhadap infeksi jamur. Pasien HIV hanya mengalami peningkatan
infeksi jamur bila sistem imun tertekan, biasanya dengan jumlah CD4 kurang dari
200 sel/mm3.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan (Primer, Sekunder dan
Tersier) yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih
Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Untuk menggunakan obat bebas yang
dijual di pasaran, pasien harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu,
terutama apabila pasien sedang hamil, tidak pernah didiagnosa dengan penyakit
infeksi jamur sebelunya, atau pernah terkena penyakit infeksi jamur berulang.
Penelitian menunjukkan bahwa 2/3 wanita yang membeli produk-produk ini tidak
benar-benar terkena infeksi jamur. Menggunakan obat-obatan ini secara tidak
tepat akan menyebabkan infeksi yang sulit untuk disembuhkan. Di samping itu,
menggunakan obat-obatan untuk infeksi jamur ketika pasien memiliki infeksi
lainnya dapat memperburuk kondisinya. Bila pasien memutuskan untuk menggunakan
obat bebas, baca dan ikuti petunjuknya secara hati-hati. Beberapa krim dan
suppositoria dapat melemahkan kondom dan diafragma. Kuman bisa kebal (mempunyai
resistansi) terhadap obat-obatan yang biasa dipakai untuk menyembuhkan penyakit
tersebut. Salah satu penyebab dari resistansi tersebut disebabkan oleh
kemunculan C.glabrata sebagai agen yang infeksius dibandingkan C.albicans.
C.glabrata lebih resisten terhadap berbagai perlakuan. Kadang seorang
wanita bisa menderita iritasi vulvovaginitis yang tidak disebabkan oleh infeksi
jamur. Krim pengobatan, suppositoria, atau perineal pads bisa
menimbulkan reaksi alergi atau iritasi yang lebih parah lagi. Pengobatan
vaginal topical dengan butaconazole lebih diutamakan dibandingkan dengan oral
fluconazole (Diflucan®) sebab bersifat tanpa resep dan lebih efektif.
Fluconazole cukup efektif, namun spesies non-candida albicans sudah mengalami
resistensi dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mematikannya. Secara
ilmiah diusahakan untuk menerapkan terapi sistemik (oral) pada pasien yang
memiliki bloodborne yeast infection seperti AIDS atau berhubungan dengan
kemoterapi untuk kanker lebih dibandingkan inducing resistansi organisme
pada pengobatan infeksi vaginal. Asupan yogurt yang terdapat lactobacillus
acidophilus sepertinya tidak mengurangi kejadian candidosis vagina, walaupun
mempunyai peran untuk bacterial vaginosis. faktor determinan penyakit sebelum
agen penyakit berinteraksi dengan manusia. Fase ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi fisiologis dan patologis.
Faktor Predisposisi Fisiologis Pada kehamilan, terjadi
perubahan hormonal. Meningkatnya produksi estrogen menyebabkan pH vagina
menjadi lebih asam dan sangat baik untuk pertumbuhan candida. Pada umur
tertentu, yaitu bayi dan orang tua, orang mempunyai kerentanan terhadap
infeksi.
Faktor Predisposisi Patologis. Keadaan umum yang buruk
antara lain prematuritas, gangguan gizi, dan penyakit menahun. Penyakit
tertentu yang diderita, seperti diabetes melitus, leukemia, dan keganasan,
dapat meningkatkan kerentanan. Di samping itu, kerentanan juga dipengaruhi oleh
penggunaan obat-obatan, antibiotika, oral kontrasepsi, kortikosteroid, dan
sitostatika, serta iritasi setempat pada tubuh, antara lain kegemukan, urin,
air, dan lain-lain.
2.5 Mekanisme Terjadinya Kandidiasis
Fase Patogenesis. Pada fase
patogenesis, terjadi perjalanan penyakit dalam tubuh manusia sehingga muncul
berbagai gejala klinis antara lain sebagai berikut:
• Sebagian penderita asimtomatis atau mempunyai
keluhan yang sangat ringan disertai perasaan gatal
• Bila hebat seringkali akan mengeluh perasaan panas
dan nyeri sewaktu koitus
• Fluor albus berwarna keputih-putihan seperti susu
pecah
• Pada pemeriksaan didapatkan vulva edema, hiperemia,
dan erosi
• Vagina hiperemia disertai discharge keputihan tebal
yang bila diangkat mukosa di bawahnya mengalami erosi, kadang-kadang discharge
sedikit, encer, atau seperti normal.
Rasa terbakar pada vagina atau vulva
tidak selalu merupakan faktor pembeda untuk vaginitis akibat jamur dan
vaginosis akibat bakteri. Suatu studi menemukan bahwa faktor-faktor pembeda
terbaik antara lain penggunaan kondom, penggunaan antibiotik dalam waktu dekat,
usia muda, dan tidak adanya gonorrhea atau vaginosis akibat bakteri. PH vagina
pada infeksi jamur lebih rendah daripada vaginitis tipe lain dan biasanya
sekitar 3.8-4.2, tetapi yang paling sering di bawah 4.5. Pengecatan gram untuk
menunjukkan jamur adalah metode diagnosis yang tepat seperti kulturnya tetapi
ini hanya terjadi pada pasien simtomatik karena adanya latar belakang positif
pada wanita tanpa problem jamur. Pemeriksaan apusan dapat akurat apabila baik
hifa dan spora terlihat tetapi degnan hasil negatif. Seorang wanita dapat
menunjukkan ekskret keputihan atau kekuningan yang tidak encer atau seperti
keju. Gatal-gatal dan rasa panas (terbakar) pada vulva tidak selalu terjadi
atau bahkan kemerahan dan membengkak.
Fase Convalescense. Fase
convalescense merupakan proses penyembuhan yang mempengaruhi kemungkinan
keluaran hasil akhir dari perjalanan sakit. Kemungkinan hasil akhir perjalanan
penyakit ini adalah sembuh total atau sembuh dengan gejala sisa.
2.6 Diagnosis
Cara
mengidentifikasi jamur Candida albicans dari lesi kelainan lidah adalah bahan
pemeriksaan diambil dari lesi kelainan lidah dengan cara dikerok dengan cotton
bud steril, dimasukkan ke dalam medium transport glukosa bulyon, simpan dalam termos
pendingin untuk dibawa ke laboratorium mikrobiologi.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan
pengecatan Gram pada bahan pemeriksaan, lalu dilihat di bawah mikroskop, jamur
ini memberikan warna ungu karena bersifat Gram positif, bentuk oval dan pada beberapa
sel jamur terlihat adanya tunas.
Pemeriksaan isolasi dan identifikasi
jamur dilakukan melalui perbenihan jamur pada SDA yang dieramkan pada suhu
kamar selama 24 jam, dari hasil perbenihan ini didapat koloni berwarna putih,
bulat agak cembung dengan bau khas ragi. Dilakukan pemeriksaan Gram dan uji
fermentasi terhadap bahan pemeriksaan pada perbenihan karbohidrat (glukosa,
maltosa, sakarosa, laktosa) yang telah ditambahkan fenol red sebagai indikator.
Perubahan warna merah dari indikator fenol red menjadi kuning menunjukkan
terbentuknya asam pada reaksi fermentasi tersebut. Untuk mengetahui pembentukan
gas digunakan tabung Durham yang diletakkan secara terbalik dalam tabung
reaksi. Gas yang terbentuk akan tampak sebagai ruang kosong pada tabung Durham.
Identifikasi Candida albicans
diambil berdasarkan reaksi fermentasi karbohidrat dan terbentuknya gas dalam
tabung Durham . Untuk spesies Candida albicans memperlihatkan hasil reaksi
fermentasi dan gas pada glukosa dan maltosa, dan terjadi proses fermentasi
tanpa menghasilkan gas pada sukrosa dan tidak terjadi proses fermentasi pada
medium laktosa
Dalam menegakkan diagnosis
kandidiasis, maka dapat pula dibantu dengan adanya pemeriksaan penunjang,
antara lain :
1.
Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan
diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel
ragi, blastospora, atau hifa semu
2.
Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam
dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik
(kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam
suhu kamar atau lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam,
berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan
dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
Beberapa penunjang lain :
1. Laboratorium
: ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
2. Pemeriksaan
endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan
pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4. Diagnosa
pasti dengan biopsi
2.7 Pengobatan
Kandidiasis
pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan menggunakan obat antijamur,
dengan memperhatikan faktor predisposisinya atau penyakit yang menyertainya,
hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan yaitu: (Tripathi M.D 2001)
1. Antibiotik
a. Polyenes
: amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
b.
Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5
–Fe)
3. Azoles
a. Imidazole
(topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) : ketokonazole
b. Triazoles
(sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate,
benzoic acid, sodiumtiosulfat.
Dari
beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasus pada
rongga mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin,
miconazole, clotrimazole, ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole.
Amfoterisin B dihasilkan oleh
Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak
membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan
nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml ) dapat digunakan sebanyak 4 kali
/hari.
Nystatin dihasilkan oleh
streptomyces noursei,mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel
yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral
100.000 U / 5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk kasus denture
stomatitis.
Miconazole mekanisme kerjanya dengan
cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase
sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak
normalan membrane sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4
kali /hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan
dahulu sebelum ditelan.
Clotrimazole, mekanisme kerja sama
dengan miconazole, bentuk sediaannya berupa troche 10 mg, sehari 3 – 4 kali.
Ketokonazole (ktz) adalah antijamur
broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat cytochrome P450 sel
jamur, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran sel, Obat ini
dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya berupa mual / muntah, sakit kepala,
parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200 mg Dosis satu kali /hari
dikonsumsi pada waktu makan.
Itrakonazole, efektif untuk
pengobatan kandidiasis penderita immunocompromised. Sediaan dalam bentuk tablet
, dosis 200mg/hari. selama 3 hari, bentuk suspensi (100-200 mg) / hari, selama
2 minggu. Efek samping obat berupa gatal-gatal, pusing, sakit kepala, sakit di
bagian perut (abdomen), dan hypokalemi Flukonazole, dapat digunakan pada
seluruh penderita kandidiasis termasuk pada penderita immunosupresiv Efek
samping mual, sakit di bagian perut, sakit kepala,eritme pada kulit. Mekanisme
kerjanya dengan cara mempengaruhi Cytochrome P 450 sel jamur, sehingga terjadi
perubahan membran sel. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam
bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg dan 200mg Single dose dan intra vena. Kontra
indikasi pada wanita hamil dan menyusui.
2.8 Pencegahan
A. Cara
Pencegahan
Lakukan deteksi dini dan pengobatan
dini terhadap infeksi lokal pada mulut, esofagus atau kandung kencing bagi
mereka yang memiliki faktor predisposisi sistemik untuk mencegah terjadinya
penyebaran sistemik. Kemoprofilaksis dengan fluconazole mengurangi kejadian
candidiasis pada bagian dalam tubuh, 2 bulan pertama setelah transplantasi
alogenik sum-sum tulang.
B. Pengawasan
penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1. Laporan
kepada instansi kesehatan setempat.
2. Isolasi
tidak diperlukan
3. Disinfeksi
serentak : lakukan disinfeksi terhadap sekret dan benda-benda yang terkontaminasi.
4. Karantina: Tidak
diperlukan.
5. Imunisasi
kontak : Tidak diperlukan.
6. Investigasi
kontak dan sumber infeksi : Tidak bermanfaat pada kejadian kasus yang sporadis.
7. Pengobatan
spesifik : Memperbaiki faktor-faktor yang mendasari munculnya candidiasis
sangat membantu pengobatan. Misalnya melepas kateter intravena. Pemberian
nistatin topikal atau derivat azole (Miconazole, Clotrimazole, Ketoconazole,
Fluconazole) sangat bermanfaat untuk berbagai bentuk candidiasis superfisialis.
Clotimazole oral (Mycerex®) berupa tablet isap atau larutan Nystatin efektif
untuk pengobatan lesi mulut. Suspensi Itraconazole (Sporanox®) atau Fluconazole
(Diflucan®) – efektif untuk candidiasis oral dan esefagus. Infeksi vagina bisa
diobati dengan Fluconazole oral atau Clotimazole topikal, Miconazole, Butoconazole,
terconazole, tioconazole atau nystatin. Amphotericine B (Fungizone®) IV, dengan
atau tanpa 5-fluorocytosine, adalah obat pilihan untuk visceral candidiasis
atau candidiasis invasive. Preparat lipid Amphotericin B mungkin juga efektif.
C.
Tindakan penanggulangan wabah
KLB sering terjadi karena cairan infus
yang terkontaminasi dan adanya bayi yang menderita lesi mulut di ruang
perawatan bayi baru lahir. Disinfeksi serentak dan pembersihan secara
menyeluruh seharusnya diterapkan sama seperti yang dilakukan pada disinfeksi
KLB diare di rumah sakit. (lihat diare, bagian IV, 9A).
D.
Implikasi bencana : Tidak ada
E.
Tindakan internasional : Tidak ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kandidiasis
adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan
khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan,
dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Kandidiasis
meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut dan
vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida
yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang
yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Moniliasis
atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida albicans,
keadaan hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya gigi,
gigi palsu yang tidak pas).
Infeksi
mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental
berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa
mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah). Candida albicans
yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
Studi Kasus
1.
Candidiasis
Vaginalis adalah infeksi jamur candida albcans pada alat genetalia wanita
(vagina), dengan gejala keluarnya cairan kuning kehijauan, terasa gatal, bau
dan nyeri pada waktu berhubungan seksual. Candidiasis Vaginalis merupakan
penyakit yang bersifat kompleks, artinya penyebab dan yang mendorong terjadinya
penyakit ini tidak satu faktor tetapi lebih dari satu faktor. Di RSUP dr
Kariadi selama periode Januari sampai dengan November 2000 ditemukan 40
penderita Candidiasis Vaginalis yang bertempat tinggal di kota Semarang. Tujuan
dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor resiko penyakit. Candidiasis
Vaginalis pada penderita yang bertempat tinggal di Semarang dan berobat di RSUP
dr Kariadi. Penelitian ini merupakan penelitian observational, dengan disain
kasus kontrol. Kasus adalah penderita Candidiasis Vaginalis, sedangkan kontrol
adalah penderita penyakit menular seksual selain Candidiasis Vaginalis. Besar
sampel adalah total populasi kasus yang berjumlah 40 penderita. Pemilihan
kontrol dengan matching kota asal kasus waktu dan tempat berobat, jumlah
kontrol sama dengan jumlah kasus. Analisis data di lakukan dengan uji statistik
X2, stratifikasi dan perhitungan besar resiko (odds ratio) Hasil analisis
bivariat menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian Candidiasi
Vaginalis adalah pemakaian alat kontrasepsi (OR:4,67 dan P:0,005), keketatan
celana (OR:3,48 dan P: 0,01) jenis bahan dari celana dalam (OR:4 dan nilai
P:0,005) dan higiene alat genitalia (OR:5,17 dan P:0,0006), sedangkan pemakaian
anti biotika (OR:6,88 dan P:0,11) tidak berpengaruh terhadap kejadian penyakit
Candidiasis Vaginalis. Pemakaian alat kontrasepsi, keketatan celana, jenis
bahan dari celana dalam dan higien alat genitalia merupakan faktor resiko
penyakit Candidiasis Vaginalis. Untuk itu di sarankan meningkatkan higien alat
genitalia dengan selalu membersihkan alat genitalia secara teratur, tidak
menggunakan anti septik/deodaran vagina, ganti celana dalam, pembalut wanita
secara teratur, cebok dari arah depan ke belakang dan mencuci dengan sabun
setelah buang air besar. Penggunaan celana dalam yang dapat menyerap keringat
dan penggunaan celana yang lebih longgar.
2.
Infeksi jamur kandida
pertama kali dilaporkan oleh Francois Valleix pada 1836. Infeksi ini mengenai
mulut dan dikenal sebagai thrush.
Kandidiasis merupakan penyakit jamur yang bersifat akut maupun subakut yang
disebabkan oleh jamur kandida. Pada manusia, spesies Candida albicansini umumnya
menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, dan paru-paru. Kandidiasis vulvovaginalis
(disingkat KVV) atau yang sering menyebabkan terjadinya vulvovaginitis adalah
tipe kandidiasis yang mengenai selaput lendir (mukosa). Penyakit ini terjadi
secara luas di Amerika Serikat, dengan jumlah kasus sebesar 13 juta setiap
tahun. Pengobatan dengan antijamur imidazol telah membawa pengetahuan terhadap
patogenesis dan lama terapi pasien KVV. Spesies albicans bertanggung jawab
terhadap 80-92% kasus KVV di seluruh dunia. Spesies ini menjadi target utama
yang efektif bagi pengobatan menggunakan regimen imidazol. Namun demikian,
spesies lain bermunculan dan berhasil diketahui para ilmuwan. Spesies kedua
terbanyak penyebab KVV adalah Candida
glabrata. Spesies ini ternyata lebih sulit dibunuh dengan regimen standar
imidazol. Masalah lain yang muncul adalah lamanya terapi menggunakan imidazol,
yaitu sekitar 14 hari atau lebih. Compliance pasien cenderung buruk akibat lamanya
terapi. Sebanyak 50% pasien yang berobat menghentikan pengobatannya sebelum
penyakit sembuh tuntas.
DAFTAR
PUSTAKA
Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Louise B. Hauley. 2003. Mikroorganisme Penyakit Infeksi. Jakarta : Hipokrates
Siregar. 2004. Penyakit
Jamur Kulit. Jakarta : EGC
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
BalasHapusBONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.