Periksa Mata di Cicendo 2019


Cerita sedikit tentang mata saya. Saya mulai menggunakan kacamata pada kelas 1 SMK dengan mata kiri dan kanan masing-masing minus 1,25. sebenarnya saya mulai merasakan mata saya ga enak pada saat kelas 3 SMP karena kebetulan waktu itu saya duduk di bangku agak belakang, namun saya tidak menghiraukannya. Nah pada saat masuk SMK saya mulai merasa tidak nyaman dengan penglihatan saya. Akhirnya ayah saya mengajak saya untuk periksa mata. Pada saat itu saya periksa mata di optik karena mungkin hasilnya akan sama saja dengan periksa di Rumah sakit mata. Dari sana saya menggunakan kacamata hanya pada saat belajar dan nonton tv saja karena males dan ribet kalau pakai kacamata terus. Saya juga tidak rutin periksa mata saya jadi minus mata saya naik jadi 1,5 dan ditambah dengan silinder 0,5. Duh jadi bertambah nih minusnya, tapi dari sana saya tetap jarang menggunakan kacamata karena alasan yang sama dengan sebelumnya. Pernah beberapa kali saya periksa mata dan hasilnya masih tetap sama -1,5 jadi saya tambah jarang buat periksa dan jarang pakai kacamata karena saya berpikir mungkin minusnya masih sama. Namun setelah saya bekerja, akhirnya saya selalu menggunakan kacamata karena pekerjaan saya lebih banyak di depan layar komputer. Setahun kemudian saya merasa tidak nyaman dengan kacamata yang saya gunakan karena meskipun saya pakai kacamata terkadang ada tulisan yang tidak dapat saya baca dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Kayanya saya harus periksa mata. Karena sebelumnya saya sering periksa di optik dan tidak pernah periksa di rumah sakit atau dokter spesialis mata, akhirnya untuk saat ini saya memutuskan periksa mata di Cicendo agar lebih yakin sama hasilnya.
Saya berangkat pagi sekali karena saya tahu pasti akan ngantri. Saya sampai di Cicendo sekitar jam 7.14, saya masuk lewat pintu sebelah kiri dekat dengan tempat parkir motor. Dan benar saja sudah banyak pasien yang menunggu untuk mengambil nomor antrian. Saya duduk untuk ikut menunggu dan mengantri. Setelah beberapa saat akhirnya pengambilan nomor antrian sudah dapat dilakukan dan anrianpun mulai bergerak. Ketika mau ngambil nomor antrian satpam yang bertugas disana akan menanyakan kita pasien lama atau baru. Karena saya pasien baru dewasa saya mendapat nomor antrian dengan kode B didepannya sedangkan untuk pasien baru anak-anak akan diberikan nomor antrian dengan kode A. Saya mendapat nomor antrian B46 tidak terlalu jauhlah pikir saya. Kemudian setelah mendapatkan nomor antrian satpam menyuruh saya untuk menunggu di depan apotek. Setelah menunggu beberapa saat kemudian mulai ada panggilan untuk nomor antrian B1-B10 untuk msuk ke ruang kaca yang tidak jauh dari tempat menunggu (urutannya apotek, tempat menunggu, ruang kaca). Setelah cukup lama akhirnya saya dipanggil untuk masuk ruang kaca dan harus menunggu lagi untuk di panggil. Setelah dipanggil saya mengisi formulir dan ditanyakan keluhan saya apa. Saya bilang kacamata yang saya gunakan sudah tidak nyaman mungkin minusnya sudah bertambah. Kemudian petugas disana menuliskan pada lembar formulir saya  ruang periksa Refraksi. Setelah mengisi formulir saya disuruh untuk menunggu di panggil di tempat pendaftaran. Dan disinilah saya harus banyak bersabar karena lama banget ngantrinya.
Di tempat pendaftaran ada beberapa loket dengn kode A-H, jadi kita harus mendengarkan seksama pemanggilan untuk kode huruf apa karena terkadang saking banyaknya pasien sehingga tidak ada tempat duduk di dekat loket pendaftaran jadi saya duduk di dekat ruang kaca dan pindah setelah ada kursi yang kosong di dekat loket pendaftaran. Saya baru di panggil sekitar jam 11.00, petugas bagian pendaftaran bertanya apakah saya membayar tunai atau BPJS, saya memutuskan untuk tunai (Umum) karena ribet kalau menggunakan BPJS harus ada surat rujukan dll. Kemudian saya disuruh untuk membayar Rp. 32.500,00 saja dan diberikan kartu berobat. Saya disuruh naik ke lantai 3 untuk ke ruang Refraksi. Sesampainya di lantai 3 ruang Refraksi berada di sebelah kanan dan saya kembali menunggu untuk dipanggil. Setelah menunggu akhirnya dipanggil juga, saya masuk ruang refraksi dan duduk untuk menunggu giliran di periksa. Pemeriksaan pertama dengan menggunakan alat komputer kemudian ditanya-tanya tentang pekerjaan, sebelumnya menggunakan kacamata atau tidak. Dan setelah saya bilang saya menggunakan kacamata namun lepas pasang, kemudian ibunya bilang “kacamata itu untuk membantu penglihatan bukan cuman aksesoris” dengar kata-kata itu jlebbb banget emang iya sih kalau ga pakai kacamata penglihatan burem. Saya masuk lagi ke dalam untuk diperiksa oleh dokter. Dokternya bertanya apakah saya pernah pakai kacamata dan memintanya untuk mengetahui ukurannya. Kemudian kaca mata saya diukur dengan alat khusus dan dokternya meminta saya untuk menggunakannya untuk mengetahui sejauh mana penglihatan saya dengan menggunakan kacamata tersebut. Awalnya saya bertanya dalam hati kok mata saya tidak di teteskan obat tetes ya? Soalnya pengalaman teman saya sebelum diperiksa diteteskan dulu obat tetes yang katanya perih bangaet. Tapi ya sudahlah mungkin keadaan mata saya berbeda dengan keadaan mata teman saya. Akhirnya mata kiri saya ditutup dan disuruh untuk melihat huruf yang di depan saya. Pada awalnya masih terbaca namun selanjutnya entahlah burem banget. Hal yang sama dilakukan pada mata kiri saya. Dokter pun menulis sesuatu di kertas entah apa itu. Saya pun menggunakan kacamata khusus dan diganti-ganti lensa untuk mendapatkan ukuran yang sesuai untuk mata saya. Dokternya bilang kalau saya silindrisnya hanya sedikit sekali jadi tidak usah pakai yang silindris biar tidak pusing. Sayapun disuruh untuk berjalan dan melihat-lihat sekitar dengan lensa yang sudah sesuai dan saya tidak merasakan pusing dengan lensa itu.
Setelah selesai dokter pun menyuruh saya untuk solat atau makan lalu nanti menunggu di ruangan sebelumnya untuk mengambil hasilnya karena kebetulan jam 12.00 mungkin jam istirahat. Saya pun memutuskan untuk solat dulu di mesjid yang letaknya di sebelah kiri dari pintu keluar. Setelah solat saya membeli makanan ringan karena sejak pagi saya belum makan. Lalu saya kembali ke lantai 3 untuk mengambil hasil. Baru duduk sebentar nama saya di panggil oleh dokter yang berbeda dari sebelumnya dan dokternya bilang bahwa nama saya sudah di panggil beberapa kali sampai tenggorokannya kering. Aduhhhh maaf dok saya tidak tahu kalau hasinya langsung soalnya dokter yang memeriksa sebelumnya bilang agar saya solat dulu baru ambil hasilnya. Jadi saran aja setelah di periksa jangan kemana-mana dulu karena hasilnya kemungkinan langsung ada dan tidak lama menunggunya. Saya kembali diperiksa oleh dokter baru ini namun hanya sebentar menggunakan suatu alat. Dan dokter pun memberikan resep untuk kacamata saya. Dan alangkah terkejutnya saya setelah melihat tulisan di kertas resep itu tertulis -2,25. Astagfirullah jauh banget dari sebelumnya, yang awalnya -1,5 plus silindrer 0,5 jadi -2,25. Mungkin ini kesalahan saya juga yang jarang pakai kacamata dan jarang banget memeriksakan mata saya :’(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kandidiasis

BUDIDAYA KEJI BELING (Strobilanthes crispus Bl) DENGAN CARA HIDROPONIK

Makalah Demam Berdarah Dengue (DBD)